
![]() |
Ilustrasi |
AMCONEWS - Centre for Strategic and International Studies (CSIS) menilai skenario 'kotak kosong' dalam pemilihan kepala daerah tidak baik untuk demokrasi. Sebagaimana dikhawatirkan terjadi pada Pilkada DKI Jakarta.
"Tentu ini esensi Pilkada itu kan sebenarnya berkompetisi, kalau tidak ada kompetisi tentu tidak menunjukkan praktik demokrasi yang baik," kata Kepala Departemen Politik dan Perubahan Sosial CSIS, Arya Fernandes di Gedung Pakarti Centre, Jakarta, Kamis (8/8/2024).
Menurutnya skenario tersebut membuat kesan tak membangun demokrasi yang sehat dan baik, bahkan sudah kebablasan.
"Dan itu tidak menunjukkan semangat untuk membangun demokrasi yang sehat," tambahnya.
Arya melihat potensi head to head pads Pilgub Jakarta apabila PKS, NasDem, PKB dan PDIP bersatu. Namun jika skenarionya Nasdem, PKB, dan PKS, berada di satu koalisi, lalu PKS keluar dari koalisi tersebut artinya hanya tersisa PKB dan NasDem yang bisa mencalonkan.
"PKB, NasDem itu bisa mencalonkan karena ada 23 kursi. Tapi kalau, PKB nya yang narik diri, hanya ada NasDem itu tidak bisa nyalon. PDIP kalau bertemu dengan NasDem dapat 25 (kursi), bisa nyalon," tuturnya.
Hematnya partai-partai yang belum menentukan calon seperti Nasdem, PKB dan PDIP, dapat segera memberikan menentukan dukungan.
Sebagaimana diketahui, meski seperti mendukung Anies Baswedan, PKB dan Nasdem belum mengeluarkan surat keputusan resmi. Begitu juga PDIP yang belum mengeluarkan jagoannya. []