Amconews.co.id

Berita Terkini dan Terpopuler

Iklan

terkini

Pilpres AS, Demokrat vs Republik

Amconewscoid
25 Juli, 2024, Kamis, Juli 25, 2024 WIB




Penulis: Muhammad Syarkawi Rauf, (Tim Pengembangan Strategis dan Akselerasi Kinerja Universitas Hasanuddin)


Pemilu presiden Amerika Serikat (AS) menarik untuk diamati mengingat perubahan kebijakan ekonomi AS akan berdampak langsung terhadap Emerging Market Economies (EMEs), termasuk Indonesia. 


Dua kubu yang bersaing, kubu republik yang diwakili Donald Trump dan kubu demokrat diwakili Joe Bidden (mengundurkan diri) memiliki orientasi kebijakan ekonomi yang berbeda terhadap beberapa isu utama, seperti nilai tukar, suku bunga, pajak, pelayanan kesehatan dan lainnya.


Salah satu isu yang menarik adalah soal kebijakan nilai tukar dollar AS terhadap sejumlah mata uang utama dunia. Bagi Trump, kebijakan strong dollar tidak menguntungkan karena mengurangi daya saing produk manufaktur AS di pasar global dan menaikkan defisit perdagangan AS terhadap sejumlah negara, khususnya China.  


Kubu Trump, jika terpilih lagi untuk kedua kalinya, akan terlibat perang dagang dengan China sebagai pesaing utama AS. Pemerintahan Trump akan membuat nilai tukar dollar AS terdepresiasi terhadap mata uang utama dunia, seperti yuan China, yen Jepang, Euro, poundsterling Inggris dan lainnya. 


Namun demikian, sejumlah ekonom, seperti Maurice Obstfeld, ex chief economist International Monetary Fund (IMF) menganggap bahwa kebijakan ekonomi Trump bertentangan satu sama lain. 


Sebagai contoh, Trump berusaha membuat dollar AS melemah tetapi pada saat yang sama akan mengenakan bea masuk impor tinggi yang akan mengurangi impor, menaikkan ekspor dan membuat surplus pada current account. Pada akhirnya, kebijakan ini akan membuat dollar AS menguat. 


Pelemahan dollar AS akan berdampak ke perekonomian EMEs, khususnya Indonesia melalui harga barang impor yang murah dalam rupiah. Hal ini akan menurunkan harga barang-barang yang selama ini bahan bakunya diimpor, seperti produk industri makanan dan minuman yang masih tergantung bahan baku impor.


Sementara pada sisi ekspor, pelemahan dollar AS atau penguatan rupiah akan membuat daya saing produk ekspor Indonesia di luar negeri menurun. Hal ini berdampak pada penurun ekspor dan bahkan defisit neraca perdagangan (trade balance deficit). 


Sebaliknya dengan kubu demokrat, akan cenderung menurunkan likuiditas perekonomian AS dengan mempertahankan suku bunga tinggi sebesar 5,25% - 5,5% untuk mendorong agar CPI inflation (consumer price index inflation – CPI inflation) mendekati 2% sesuai dengan target bank sentral AS, The Fed.


Berkurangnya likuiditas perekonomian AS akibat suku bunga tinggi membuat nilai tukar dollar AS menguat. Dimana harga barang-barang impor EMEs naik dalam mata uang lokal. Penguatan dollar AS (pelemahan rupiah) menekan industri dalam negeri yang mayoritas bahan bakunya didatangkan dari luar negeri. Sebagai contoh, harga bahan baku impor untuk industri makanan dan minuman naik dalam mata uang lokal, dalam hal ini rupiah. Pertumbuhan industri makanan dan minuman melambat. 


Sebaliknya dengan harga barang-barang yang kita ekspor menjadi lebih murah dalam dollar AS. Dimana, penguatan dollar AS akan meningkatkan volume ekspor EMEs khususnya Indonesia ke negara maju, seperti AS, Euro, Jepang dan lainnya. Akibatnya, neraca perdagangan EMEs menjadi positif dan memberikan sentimen positif pada penguatan rupiah per dollar AS. 


Singkatnya, kebijakan ekonomi kubu demokrat akan mempertahankan posisi dollar AS seperti sekarang dengan suku bunga The Fed sekitar 5,25% - 5,5%. Tujuannya agar CPI inflation turun dari 3% menjadi 2% sesuai target The Fed.


Suku bunga tinggi akan membuat investor global memilih memegang asset keuangan AS dibandingkan EMEs, khususnya Indonesia. Terjadi capital outflow di EMEs ke AS yang membuat nilai tukar dollar AS menguat. 


Penguatan dollar AS akan berdampak pada tingginya kepercayaan investor global terhadap dollar sebagai mata uang utama global. Hal ini tercermin pada penggunaan dollar AS dalam transaksi internasional dan juga sebagai reserve currency (Cadangan devisa negara lainnya). 


Sebaliknya, pelemahan dollar AS akan menurunkan kepercayaan negara lain dalam memegang dollar AS sebagai reserve currency. Hal ini akan mempercepat proses dedollarisasi, dimana penggunaan mata uang dollar AS dalam transaksi internasional dan reserve currency akan semakin menurun. 


Resiko lain yang akan terjadi dengan pelemahan dollar adalah tingginya likuiditas perekonomian yang membuat inflasi AS meningkat signifikan. Apa lagi saat ini, inflasi AS sebesar 3% masih di atas target The Fed sebesar 2%. 


Akhirnya, untuk melemahkan dollar AS, Trump tidak mungkin melakukannya sendirian, perlu koordinasi dengan beberapa negara utama, seperti Jepang, United Kingdom (UK), dan Euro untuk bersama-sama melakukan intervensi. 


Hal ini pernah dilakukan pada tahun 1985, pemerintahan Ronald Reagan menandatangani Plaza Accord dengan Jepang, UK, Perancis dan Jerman Barat untuk melakukan Langkah-langkah melemahkan dollar AS. Kebijakan ini sukses membuat dollar AS terdepresiasi, namun langkah ini hampir mustahil dilakukan pemerintah AS saat ini.


Policy respons yang diharapkan dari pemerintah dan BI akan berbeda di masa kepemimpinan Trump dan Biden, kemungkinan besar pencalonannya digantikan Kemala Harris yang saat ini wakil presdien AS. Dalam pemerintahan Trump, BI akan lebih leluasa merelaksasi suku bunga acuan sehingga lebih rendah dari sekarang sekitar 6%.


Sementara pada masa Biden, BI akan bersikap menunggu The Fed menurunkan suku bunga acuan untuk menjaga agar nilai tukar rupiah tetap stabil. Seiring dengan tekanan inflasi AS yang menurun menjadi hanya 3% Juni 2024, diharapkan kembali menurun mendekati target The Fed sebesar 2% pada akhir tahun sehingga FFR turun dari saat ini sekitar 5,25%-5,5%.


Sementara dari sisi ekspor, daya saing ekspor Indonesia pada masa Trump tidak dapat mengendalkan kurs rupiah per dollar yang menguat karena harga komoditi ekspor Indonesia naik dalam dollar AS dan sebaliknya pada masa Biden, daya saing ekspor dapat bersumber dari rupiah yang melemah terhadap dollar AS. Harga komoditi ekspor Indonesia dalam dollar AS menjadi lebih murah. 


Akhirnya, rakyat AS yang akan memilih, strong dollar AS seperti sekarang atau weak dollar AS yang akan dilakukan Trump dengan dampak positif maupun negatifnya masing-masing terhadap perekonomian AS dan kualitas hidup rakyat AS.[]

Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • Pilpres AS, Demokrat vs Republik

Terkini